Sep 7, 2019

Gantenk Pwol ... (2)

Sesi perkenalan diriku telah selesai. Aku pun diminta Pak guru kembali ke tempat duduk.

Kelasku terisi 16 bangku dengan formasi 4x4. Setiap bangku ada dua kursi. Jadi total satu kelas ada 32 murid. 2 kolom sisi kanan, jika kita menghadap ke papan tulis, adalah murid laki-laki. Sementara 2 kolom sisi kiri adalah murid perempuan. Jadi, jumlah murid laki-laki dan perempuan berimbang, sama-sama 16 siswa/siswi.

Setelah mendapatkan instruksi untuk duduk kembali, aku pun melangkah menuju ke tempat dudukku yang berada di kolom nomer 2, baris ke 3 dari depan. Dari tempat dudukku, bisa kulihat seorang murid perempuan yang tadi sempat bertanya kepadaku. Dia duduk di bangku paling depan, kolom nomer 3. Aku hanya bisa mengamatinya dari belakang. Oiya, semua murid perempuan disini pake hijab. Semua rambutnya tertutup hijab. Tapi untuk yang seorang itu, tersembul beberapa helai rambut dari balik hijabnya yang belakang. Coba ku hitung jumlahnya. Kurang lebih ada 5 helai yang terlihat. Sepertinya rambutnya lurus dan agak jarang. Satu yang bisa kupastikan, rambutnya pasti panjang. Terlihat jelas ada tonjolan rambut yang diikat dari balik hijabnya.


Lalu ku amati gaya duduknya. Kadang bertopang dagu, kadang tangannya bersedekap di atas bangku, kadang juga dia garuk-garuk sesuatu di balik jilbabnya. Mungkin ada kutu di rambutnya, mungkin pula karena gerah, jadi garuk-garuk kepala adalah alasan untuk bisa melonggarkan hijabnya.

Sesekali dia merubah gaya duduknya. Kadang tegak bersandar kursi, kadang membungkuk dan kadang dia menoleh teman sebangkunya. Di saat itu, aku melihat dia tersenyum dengan sesekali bercanda dengan teman sebelahnya.

Manis, senyumnya sangat manis. Hidungnya terlihat mancung dan, entah kenapa aku merindukan tatapan matanya seperti tadi. Tatapan mata saat dia bertanya, saat dia merasa salah tingkah dan saat matanya tertunduk di waktu aku melangkah untuk duduk kembali ke bangku. Entah kenapa aku ingin melihat tatapan mata itu lagi. 

Seketika dia berdiri untuk maju di depan kelas. Sepertinya ini adalah saatnya dia mulai berbicara untuk memperkenalkan dirinya. Aku tidak tahu, sudah berapa orang murid yang sudah berdiri di situ setelahku. Yang aku tahu, saat ini dia sudah  berdiri di depan kelas, menghadapku. Aku merasa hanya aku dan dia saja yang ada di dalam kelas ini. Yang lain entah kabur kemana. Dan kuharap mereka semua benar-benar kabur keluar kelas dan hanya menyisakan aku dengannya. Matanya. Aku bisa melihat bola mata itu lagi. Sepasang mata yang teduh dan indah. Sebuah produk yang indah untuk seorang insan wanita. Jika nanti pada saatnya aku bertemu kedua orangtuanya, sepertinya aku bersedia sungkem sambil menceritakan betapa cantik anak gadisnya. Tatapan matanya terlihat seperti tatapan dengan masa depan yang mantab dan meyakinkan. Sempurna. Kedipan matanya, alisnya. Tuhan, betapa indah hasil ciptaanmu yang satu ini.

Terlihat dia akan mulai mengatakan sesuatu. Seketika seluruh panca indraku siap sedia menerima informasi baru. Mataku jelas tertuju pada matanya. Kedua telingaku sudah terbuka lebar menerima setiap suku kata dalam kalimatnya, hidungku sudah mencium aroma wangi entah datang dari mana. Lidahku, seperti mati rasa. Kulitku, kurasakan bulu-bulu disetiap jengkalnya mulai berdiri dan aliran darahku seperti sejenak berhenti sehingga hawa panas mulai terasa disekujur tubuhku.  Ah, benar-benar konsentrasiku 100% tertuju pada makhluk indah yang ada di depanku ini.

.

No comments:

Post a Comment

Radiometric Measuring System (2)

Bab 2: Nuklir dan Gamma Ray Protrac Radiometric Di postingan sebelumnya sempat saya sentil terkait gelombang electromagnetic dari frekwensi ...