ngGantenk Pwol

"Perkenalkan, namaku ngGantenk Pwol".

Inilah kalimat pertamaku saat memperkenalkan diri di depan kelas di hari pertama masuk sekolah menengah pertama, dulu, yang langsung di sambut oleh senyuman teman-teman baru sekelas. Mungkin ini caraku untuk menarik perhatian mereka yang masih sibuk sendiri dengan tasnya yang masih baru, atau dengan sepatunya yang masih tidak boleh kotor.  

"Saya berasal dari arah selatan, desa B, berjarak sekitar 10 km saja dari sini, naik angkutan pedesaan tentunya. Sekali jalan, saya kena ongkos 100 rupiah" , lanjutku. "Oiya, Untuk keluar dari desa menuju ke jalan raya, saya jalan kaki dulu sejauh 1 km. Jadi, total perjalanan 11 km, ongkos perjalanan 100 rupiah sekali jalan. Kalau dihitung nanti balik pulang, habis 200 rupiah sejauh 22 km."

Aku berhenti sejenak, lalu,

       

"Mungkin ini dulu, terima kasih atas kesempatan yang di berikan" , secepatnya sesi perkenalan itu ku tutup agar aku terlihat tidak terlalu banyak basa-basi.

"Sebentar, berdiri disini dulu", Pak guru memegang pundakku begitu aku mulai bergerak untuk kembali ke tempat duduk. " ada yang mau tanya? Ini adalah salah satu teman baru kalian yang datang dari desa jauh".

Seorang perempuan dari sisi kananku, meja paling depan, mengacungkan kelima jarinya kemudian bertanya, "di nama dadamu tertulis Sameer. Sementara tadi bilangnya Ngganteng Pwol. Itu maksudnya apa ya? Maaf, cuma pengen tahu saja" . 

Pak guru memberikan isyarat agar aku menjawab langsung pertanyaan itu.

"Kata makku, Sameer artinya bisa memikat perhatian orang. Dengan memperkenalkan diriku sebagai Nggantenk Pwol tadi, paling tidak, aku sudah mendapatkan perhatian darimu. Terima kasih" , aku menjelaskan itu sambil tersenyum, tapi tidak dengan perempuan itu. Dia nampak salah tingkah dan kemudian terdiam, tidak mau melanjutkan pertanyaannya.