Dec 20, 2023

Bule

Bule selat sumbawa bali sekongkang
setitik pulau





Memandangi lautan biru, tentu kurang afdhol jika tidak diabadikan dalam jepretan kamera. Gugusan pulau kecil yang terserak, terlihat seperti penambah daya tarik. Mereka seperti pion-pion catur yang terhampar di atas papan luas tak bertepi yang berwarna biru. "Apakah Tom Hank masih ada di salah satu pulau kecil itu? Mungkin tidak ada salahnya meminta kapten kapal untuk sejenak menepi dan melihat kondisi."

"Tom Hank sudah di jemput oleh kapal ferry sebelumnya Mas", seseorang di sebelah menimpali sambil tersenyum.

"Ow, begitu ya", dari yang awalnya hanya bergumam, bersambut menjadi sebuah percakapan. "Bagaimana kapal sebelumnya bisa tahu kalau si Tom Hank ada di situ?", ku sambut celetukan dari orang sebelah dengan sebuah pertanyaan agar pembicaan menjadi panjang.

"Teman-temannya Tom Hank kan banyak disini Mas. Tuh, lihat di belakang. Mereka yang laporin kalau kehilangan teman".

Seketika ku menoleh ke belakang. Yang dia maksud ternyata para bule backpacker yang sedang bercengkerama di tempat duduk. Tidak jauh dari tempat duduknya, terbaring di dek beberapa papan seluncur. Sepertinya mereka bermaksud untuk surfing disini.

"Para bule itu?", tanyaku

"Betul Mas", jawabnya.

"Kok kamu tahu kalau mereka teman-temannya Tom Hank?", tanyaku lagi.

"Tom Hank kan juga bule Mas.", jawabnya

"Ow", dan akupun sekarang paham. Ternyata dia sedang bercanda. Sedikit senyum kubuat untuk meresponnya.

Sebelum membalas candaannya, datang seorang perempuan berjilbab, "Mas, boleh minta tolong di photoin?".

Melihat diriku yang jeprat jepret dari tadi, sepertinya dia tertarik untuk dijadikan model atau penghias photo. Mungkin dia tadi sempat mengintip hasil jepretanku yang lumayan menarik.

"Pakai hape saya saja Mas", katanya sambil menyodorkan hape.

"Oke, mau di photo dimana mbak?".

"Sini Mas ikut saya".

Bergegas mbaknya melangkah ke arah aku menoleh tadi. Yaitu ke tempat para bule berkumpul. Aku mengikutinya dari belakang. Didekatinya seorang bule laki-laki yang terlihat tinggi. Bercakap mereka sebentar.

"Ayo Mas, sudah siap, di photo yang banyak ya".

Diriku tidak langsung mem-foto. Karena kulihat disamping pria bule tadi ada perempuan bule juga disebelahnya. Sepertinya mereka pasangan. Terlihat wajahnya memerah. Entah memerahnya itu karena dia seorang bule atau karena dia lagi jutek karena pasangannya di gandeng perempuan lokal.

Mbak, yang disampingnya itu kelihatan jutek. Gak permisi ke nyonyanya dulu ta?", tanyaku.

"Gapapa mas, langsung jepret saja, nanti momennya hilang".

Sigap, langsung ku pencet tombol shutter kamera di hape. Prat pret prat pret, selesai. Hape segera kukembalikan ke yang punya.

Setelah itu tak lupa kuucapkan terima kasih ke pria bule tadi. Terima kasih juga kuucapkan untuk perempuan disampingnya. Ternyata dia tersenyum. Sepertinya dia tidak jutek karena pasangannya dipinjam sebentar sama mbaknya tadi.

Sampai titik ini aku teringat dengan perkataan seorang teman bule dari Belanda. Saat itu kami bercakap santai disebuah lobby hotel di Sulawesi. Dia cerita kalau saat dia cuti, sering meluangkan waktunya untuk jalan-jalan keliling Indonesia. Sebuah negeri dimana para mbahnya dulu pernah melakukan hal-hal yang memang tidak bisa diterima. Namun ada satu mbah yang dia banggakan yang bernama Douwes Dekker.

Douwes Dekker yang dia maksud disini adalah sang "kakek" penulis novel satir "Max Havelaar" yang mempunyai nama pena Multatuli, bukan sang "cucu" anggota tiga serangkai pendiri "Indische Partij" bersama Ki Hajar Dewantara.

Kenapa dia bangga? Tidak lain karena tidak semua orang belanda setuju dengan adanya penjajahan terutama tanam paksa.

Kembali ke kisah jalan-jalan wisatanya di wilayah Indonesia. Borobudur, Bali, Lombok sudah sempat dia singgahi. Keindahan alamnya sangat dia kagumi. Namun ada satu hal yang membuat dia merasa tidak nyaman saat berwisata dimana disana banyak berkumpul banyak orang. Yaitu karena warga lokalnya yang suka mengajak ber-photo bersama. Dia merasa risih karena merasa bukan seorang artis. Semakin rame tempatnya, semakin banyak pemberhentian untuk ber-photo ria.

Tapi sepertinya bule di kapal ferry saat ini tidak seperti itu. Senyumnya ramah pertanda tidak ada masalah. Semoga akan tetap seperti itu.

No comments:

Post a Comment

Radiometric Measuring System (2)

Bab 2: Nuklir dan Gamma Ray Protrac Radiometric Di postingan sebelumnya sempat saya sentil terkait gelombang electromagnetic dari frekwensi ...