Nov 15, 2020

Ngebut Benjut

"Jalan rata-rata 100 km/jam gini mending ambil lajur kanan saja Cak. Toh jalanan lagi sepi. Dan nanti kalau ketemu truk yang jalan pelan, kita gak perlu zig zag lagi. Hajar kanan terus".

Panjul bilang spontan seperti itu saat melihat rambu bertuliskan "KECEPATAN MAKSIMUM 100 km/jam".

"Kalau kita jalan di lajur kanan terus, gimana dengan aturan yang itu?", reaksiku sambil menunjuk rambu yang muncul belakangan dan bertuliskan "GUNAKAN LAJUR KIRI. LAJUR KANAN HANYA UNTUK MENDAHULUI"

"Bukankah kita sudah dalam posisi kecepatan maksimum?", reaksi balik si Panjul dengan nada seperti bertanya. "Itu artinya sudah tidak boleh ada kendaraan lagi yang lebih cepat dari kita. Jika ada yang mencoba menyalip, artinya kendaraan itu sudah melanggar batas kecepatan maksimum yang sudah ditetapkan. Bukan begitu?", tanya Panjul dengan penekanan.

"Menurutku tidak bisa seperti itu" , sanggahku tidak kalah lantang. "Saat kita menganggap kendaraan lain salah karena ngebut dan melanggar batas kecepatan maksimum, pada saat yang sama kita juga salah karena telah mengambil lajurnya untuk menyalip. Secepat apapun kita berkendara, 100 km/jam pun, tetap harus menggunakan lajur kiri. Jika pada saat ini ada yang mendahului, secara lajur, dia sudah benar karena menyalip dari kanan. Tapi jika kita standby di lajur kanan, tidak mau geser ke kiri padahal sudah jelas ada kendaraan di belakang yang mau nyalip dengan alasan kita sudah berada di kecepatan maksimum, itu sudah merupakan bentuk kesombongan dari kita yang merasa diri kita paling benar. Yach, benar secara aturan top speed, tapi jelas salah dalam hal ambil lajur jalan" .

"Sebentar Cak" , Panjul dengan semangatnya memotong. "Dia nyalip. Itu berarti kecepatannya sudah di atas 100 km/jam. Ngebut itu bahaya lho. Bukan hanya bagi dia, tapi juga berbahaya bagi kendaraan lain. Dengan kita standby di lajur kanan pada top speed 100 km/jam, itu artinya kita sudah berbuat baik untuk mencegah orang lain ngebut. Begitu Cak Bro".

" Benar, jika dilihat dari sudut pandang itu", aku menimpali. "Tapi jika dilihat dari sudut pandang lain,  kita juga harus sadar bahwa pada saat kita standby di lajur kanan, kita bisa membuat kendaraan yang ngebut itu menjadi zig zag. Jangan harap dia akan paham dengan yang dirimu inginkan. Dia zig zag karena nyalip kiri dan nyalip kanan. Tanpa kita sadari, kita juga memberi potensi bahaya bagi orang lain. Dia ngebut, itu diluar kendali kita. Lebih baik kita fokus dengan apa yang bisa kita kendalikan", diriku menjelaskan dengan berapi-api.

Tak seberapa lama, terlihat sorot lampu dim dari belakang. Sebuah mobil sepertinya akan lewat dengan kecepatan tinggi. Dan benar saja, dia lewat secepat kilat kemudian menghilang di kegelapan malam. Seperti Batman dengan Lamborghini ya.

Si Panjul pun segera mengomentari, " tuch, lihat. Itu pasti kalau bukan Pajero ya Fortuner. Mbok ya kalau mau nyalip ya nyalip saja. Gak usah pakai dam dim".

Diriku sebagai sopir Panther slow saja, "Njul, untung diriku gak ikut saranmu. Coba tadi kita ambil lajur kanan terus. Bukan hanya dim, tapi bel pun akan terus berbunyi nyaring. Apalagi di depan ada truk tuch, bisa-bisa beneran zig zag dia" .

"Jika sekarang aku minta dirimu nyalip truk di depan itu mau gak?" , pinta Panjul sedikit sinis. "Sadarkah dirimu jika kita sudah membuntuti truk lambat ini dari tadi? Sepertinya nyaman sekali dirimu ngekor di belakang truk gajah? Bokonge semok ta?" .

Setengah kaget diriku pun meresponse, "Lho, beneran ta Njul? Tadi kan kita meluncur top speed?"

"Itu tadi, satu jam yang lalu. Wis, ndang di salip !!!!!! "

 

No comments:

Post a Comment

Radiometric Measuring System (2)

Bab 2: Nuklir dan Gamma Ray Protrac Radiometric Di postingan sebelumnya sempat saya sentil terkait gelombang electromagnetic dari frekwensi ...