Aug 23, 2016

Sesuatu tentang GAYA

Ilmu ini diturunkan oleh guruku saat duduk di bangku SMP. Pendalaman materi saat SMU, kemudian pemfokusan pada aplikasi saat kuliah.
Ilmu ini bercerita tentang TEKANAN. Oleh guru fisika, dituliskan dalam bentuk rumus:

☞ Tekanan = Gaya per Satuan Luas
☞ P = F / A

Dalam satu broadcast messenger, pernah kuterima satu pesan yang bertuliskan seperti ini:
"tekanan berbanding lurus dengan gaya. Kalo hidupmu penuh tekanan, berarti kamu kebanyakan gaya.”
Saya yakin pembuat broadcast ini menginginkan kita tertawa ngakak saat membacanya. Tapi maaf, saya cuma senyum simpul saja, dan tidak bersuara.....☺✌


Pada saat baca broadcast seperti itu, yang kupikirkan adalah kebalikannya:
"Gaya (F) itu berbanding lurus dengan Tekanan (P) dan Luasan (A)."

Ditulis secara rumus:
☞ F = P * A

Yang bisa diartikan seperti ini:
"Jika kamu bisa mengatasi tekanan dalam area yang semakin luas, maka kamu akan semakin bergaya".

Point yang ingin saya ambil disini adalah mengenai GAYA-nya, bukan TEKANAN-nya seperti yang ditulis dalam broadcast diatas.

Pengertian dari GAYA sendiri itu apa sih?
Dalam berbagai literatur kutemukan informasi sebagai berikut:
"Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap sesuatu. Gaya dapat menimbulkan perubahan posisi, gerak atau perubahan bentuk pada sesuatu. Gaya termasuk ke dalam besaran Vektor, karena memiliki nilai dan arah."

Kita garis bawahi sifat gaya yang dapat menimbulkan perubahan posisi, gerak atau perubahan bentuk pada sesuatu.

***

Mari kita tulis ulang rumusannya:
☛ F = P * A

  • F = Gaya
  • P = Tekanan
  • A = Luasan

Pada saat variabel F (Gaya) sudah kita keluarkan, kita akan bertemu dengan variabel P (Tekanan).
Tekanan hidup, tekanan batin, tekanan pekerjaan, tekanan dalam bertetangga. Semakin besar kita bertemu dengan TEKANAN, semakin besar pula GAYA yang harus kita keluarkan, dan kitapun akan semakin bisa ber-GAYA (jika kita bisa menaklukkan tekanan tersebut).

Dalam satu sistem masyarakat sosial, tentu kita tidak bisa lepas dari hubungan keluarga, bertetangga, pekerjaan, dan lain-lain. Cakupan sistem sosial ini mari kita sebut sebagai variabel A (luasan).
Semakin besar kehidupan pergaulan sosial kita, semakin besar nilai variabel A.
Variable A yang paling kecil adalah jika kita tidak melakukan hubungan sosial atau hanya berinteraksi dengan diri kita sendiri (introvert).

Sekecil apapun variabel A, pasti ada tekanan disana. (Yup, berpenngaruh pada variable P, pressure).

Keinginan untuk melakukan GAYA, saya sebut sebagai HASRAT.
Kalau kemampuan untuk melakukan GAYA, disebut sebagai POTENSI (dalam dunia fisika biasa disebut sebagai Energi Potensial), yaitu suatu energi yang timbul karena posisinya atau keberadaannya.
Punya POTENSI belum tentu memiliki HASRAT. Demikian pula sebaliknya.

Agar kita bisa mengeluarkan GAYA (baca: merubah posisi kita menjadi lebih tinggi. Jadi direktur misalnya. Atau memperbesar jumlah pendapatan dalam bisnis kita. Atau menggerakkan orang kampung agar mau keluar rumah dan berpartisipasi ikut kerja bakti), tentunya kita harus tahu POTENSI kita dan kita juga punya HASRAT untuk melakukannya.

Karena GAYA berbanding lurus dengan LUAS (baca: interaksi sosial), maka orang yang ber-GAYA (baca: orang yang melakukan sesuatu) juga harus melihat posisi dimana dia berada. Kita harus bisa mengukur berapa GAYA yang harus kita keluarkan di posisi tersebut. Besaran GAYA benar-benar harus kita hitung dengan cermat.

Sebagai contoh: GAYA orang selfie di acara seminar tentu berbeda dengan GAYA orang selfie dengan calon mertua atau selfie dengan tetangga kita. Cara berinteraksi itulah yang membedakannya.
Karena berhubungan dengan interaksi dan cara, maka GAYA harus punya ARAH dan TUJUAN (dalam dunia fisika disebut sebagai besaran vektor).

Mungkin pertanyaan ini bisa mewakili penjelasan saya diatas:
☛ Bagaimana dan untuk apa anda ber-selfie ria dengan calon mertua?

Jawaban anda akan menentukan besaran GAYA yang akan anda keluarkan.



Salam ngGedAbruZ..... ☺✌

2 comments:

  1. Kalau ada Newton, mungkin dia bakalan stress, rumusnya sampeyan obrak-abrik dengan tafsir Al Abu Tholib. Atau malah timbul postulat baru lagi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe....
      Kapan-kapan tak njaluk sepuro nang Pak Newton :)

      Delete

Radiometric Measuring System (2)

Bab 2: Nuklir dan Gamma Ray Protrac Radiometric Di postingan sebelumnya sempat saya sentil terkait gelombang electromagnetic dari frekwensi ...